KEPEMIMPINAN MURID, MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN YANG
MENYENANGKAN
Â
Kelas
VII H nampak riuh saat pelajaran prakarya, dimana mereka sedang melakukan
praktek pembuatan makanan dan minuman berbahan buah-buahan. Mereka telah
merancang jenis buah yang akan di olah,
jenis makanan atau minuman yang akan di buat, membagi tugas pada semua anggota
kelompok, mengatur cara kerja saat praktikum dan membuat penilaian yang akan
digunakan, baik penilaian proses maupun penilaian akhir berupa hasil olahan
makanan atau minuman yang disepakati oleh kelompok. Guru berperan lebih sebagai
fasilitator, motivator dan konseling terhadap proses yang dipilih sendiri oleh
murid. Setelah selesai praktek, dengan penuh tanggungjawab semua murid
membersihkan dan merapikan ruangan seperti sedia kala. Raut bangga dan bahagia
terpancar di wajah murid-murid, dari mulai awal kegiatan maupun sampai akhir
pembelajaran.
Anisa
dan kelompoknya nampak antusias berlatih salah satu keterampilan dalam
pendidikan kepramukaan, yaitu penggunaan bendera semaphore untuk mengirimkan
pesan. Setelah beberapa saat latihan, kegiatan kepramukaan segera dimulai.
Kegiatan ekstrakurikuler pramuka dimulai dengan upacara pembukaan, dilanjutkan
dengan absensi, pengarahan dari pembina dan pelaksanaan praktek semaphore. Pelatihan
semaphore dilaksanakan secara berkelompok dengan didampingi oleh seorang dewan
kerja yang akan memandu jalannya pelatihan semaphore. Raut bahagia dan penuh semangat
nampak terpancar dari setiap anggota pramuka karena mereka dapat melaksanakan
kegiatan dengan prinsip saling asah, asih dan asuh, tak terkecuali Anisa dan
kelompoknya. Pembina melakukan monitoring saat pelaksanaan latihan dan
memberikan motivasi serta semangat kepada semua anggota pramuka.
Setelah
bel pulang selesai dibunyikan, Dinda nampak antusias segera mengambil kaos PMR
di tas dan berjalan menuju ke ruang ganti, demikian juga dengan teman-temannya
yang lain yang tergabung dalam ekstrakurikuler PMR. Setelah makan siang dan
istirahat sejenak, mereka berkumpul untuk berdiskusi membahas materi yang akan
disampaikan kepada peserta yang mengikuti ekstra PMR. Semua berperan dalam
proses dari awal persiapan, penyediaan perlengkapan yang akan digunakan,
pembagian tugas sebagai fasilitator, mengabsen peserta, pembagian ice breaking
dan tugas lainnya yang telah disepakati bersama. Kegiatan dilaksanakan dengan
menggunakan model fun learning dimana dalam aktifitasnya harus menyenangkan
serta learning by doing yang berarti kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan
mempraktekkan materi yang disampaikan.
Tiga kegiatan
di atas merupakan contoh pembelajaran yang menerapkan kepemimpinan pada murid
atau dikenal dengan istilah asing students agency. Kepemimpinan murid
yang dimaksud bukanlah kepemimpinana satu orang terhadap orang lain tetapi
lebih merujuk kepada konsep merdeka belajar yang dilakukan oleh murid.
Kepemimpinan murid mempunyai konsep bahwa murid mempunyai kemerdekaan yang
diartikan bahwa murid memiliki hak serta keleluasaan dalam pembelajaran yang
akan dilaksanakannya serta mempunyai kesadaran diri akan minat, bakat, kesiapan
dan profil murid itu sendiri untuk lebih mendapat porsi dalam pengembangannya
masing-masing.
Merdeka
yang dimaksud tidak semaunya sendiri dalam pembelajaran yang dilalui, melainkan
dapat dimaknai sebagai sebuah pembelajaran
self-regulated learning yang merupakan pemahaman bahwa pengembangan diri
murid tidaklah mutlak dari guru yang mengajar mereka dengan pengajaran,
petunjuk, tugas dari guru semata, tetapi lebih kepada kemampuan murid dalam akses
diri akan bakat yang ada pada dirinya, minat terhadap pembelajaran yang
dilaluinya, kesiapan belajar murid sebagai modal awal dalam pembelajaran,
profil diri yang paling dominan pada murid untuk dikembangkan secara maksimal
dengan pembelajaran yang sesuai dan tugas seorang guru dalam pembelajaran lebih
kepada memfasilitasi kebutuhan murid untuk dapat lebih mengenali dirinya
sendiri konteks kepemimpinan murid untuk memerdekakan dirinya sendiri.
Murid
dalam proses pembelajaran dan pendidikan tidak sekedar sebagai obyek pembelajaran
semata yang hanya mengerjakan petunjuk, tugas, isntruksi ataupun lainnya dari
guru, tetapi murid mempunyai kewenangan untuk mengakses bakatnya masing-masing,
minat terhadap pembelajaran yang diikutinya, memahami kesiapan belajarnya pada
level apa serta dapat menggunakan kelebihan dalam pembelajaran sesuai dengan
profil dirinya sehingga memudahkan bagi guru untuk mengembangkan murid ke arah
yang lebih baik sesuai konteks kepemimpinan murid.
Kepemimpinan
murid dalam hal proses pembelajaran mempunyai multi dimensi yaitu kepemimpinan
murid berfokus pada individu berkaitan dengan minat mereka untuk memperkuat
konteks belajarnya dimana antara guru dan murid bersama-sama menciptakan
konteks pembelajaran itu sediri yang telah disepakati (Vaugh.M. 2019).
Konsep
Meireles, J & Guzzo, R.S.L. (2021) tentang konsep merdeka belajar,
kepemimpinan murid (students agency) mengingatkan bahwa hanya dengan
disiplin dan tunduj pada otoritas akan meningkatkan kualitas sekolah. Dari
pernyataan ini, kepemimpinan murid akan tetap berpegang pada aturan ataupun
tata tertib sekolah yang telah disepakati bersama seluruh komponen institusi
sekolah.
Sekolah
sebagai sebuah ekosistem pendidikan dan pembelajaran mempunyai
kesepakatan-kesepakatan yang dibentuk dan disetujui bersama untuk menjadi acuan
dalam proses pendidikan dan pembelajaran sehingga diharapkan akan menciptakan
suasana yang dinamis dan ruang yang
membahagiakan seluruh warga sekolah. Konteks kepemimpinan murid pada sekolah
sebagai sebuah ekosistem mempunyai arti bahwa murid mempunyai suara (voice),
pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) selama proses
pendidikan dan pembelajaran di lingkungan sekolah ataupun satuan pendidikan.
Konteks
suara murid  atau voice dapat
dimaknai sebagai sebuah kolaborasi antara murid dengan murid lainnya bersama membuat
keputusan dalam pendidikan dan pembelajaran dengan orang dewasa dalam hal ini
guru, tentang  seputar apa yang akan
dipelajari dan bagaimana murid-murid akan belajar serta bagaimana pembelajaran murid
akan dinilai. Murid diberikan kesempatan untuk memberikan masukan berupa ide
atau saran tentang bagaimana model pembelajaran, tempat pembelajaran, proses
pembelajaran dan penilaian yang akan dilaksanakan. Suara murid yang disampaikan
akan menimbulkan apa yang disebut
pilihan murid.
Suara
murid yang beraneka macam akan menumbuhkan pilihan murid (choice) dimana
dimaknai murid akan menentukan pilihan terbaik dalam proses pendidikan dan
pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab akan keputusan
bersama yang diambil untuk proses pembelajaran mereka, sehingga murid akan
mendapatkan dan memperoleh pengalaman dalam proses pendidikan dan pembelajaran yang
dilaluinya serta penilaian yang dilaksanakan sesuai dengan pilihan murid.
Pilihan murid dalam proses pendidikan dan pembelajaran akan menimbukan
kepemilikan murid (ownership).
Kepemilikan
murid (ownership) dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang akan
menempatkan murid terhubung baik secara fisik, kognitif, sosial emosional dengan
apa yang sedang dipelajari, lebih terlibat aktif dalam proses pendidikan dan
pembelajaran serta menunjukkan minat yang lebih dalam dalam proses pendidikan
dan pembelajaran yang dipilihnya sehingga akan meningkatkan rasa kepemilikan pada
diri murid terhadap proses belajar semakin lebih dalam.
Suara
murid, pilihan murid dan kepemilikan murid semestinya mendapatkan perhatian
dari seluruh pemangku kebijakan di institusi pendidikan dan mendapatkan porsi
yang lebih dalam pengambilan kebijakan ataupun keputusan pada tingkat satuan
pendidikan, dimana ruang-ruang kelas sebagai tempat untuk prose pendidikan dan
pembelajaran akan terdapat bagian dari suara murid, pilihan murid dan
kepemilikan murid.
Proses
pengambilan keputusan seperti perancangan kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler
dan ekstrakurikuler, hendaknya memperhatikan suara murid, pilihan murid dan
kepemilikan murid sebagai pertimbangan utama serta melibatkan perwakilan murid
dalam pengambilan keputusan terkait dengan program pendidikan dan pembelajaran
yang akan dilaksanakan oleh satuan pendidikan.
Murid
sebagai pemimpin pembelajaran akan mengembangkan kapasitas dirinya dalam
mengelola dan melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan hak serta
keleluasaan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakannya serta mempunyai
kesadaran diri akan minat, bakat, kesiapan dan profil murid itu sendiri.
Guru
sebagai pendidik dan pengajar dalam proses kepemimpinan murid  mempunyai tugas yaitu mendampingi murid agar
dapat mengembangkan diri mereka sesuai dengan potensi kepemimpinan yang
dimilikinyasesuai dengan kodratnya murid, kebutuhan dan sedikit mengurangi
kontrol terhadap murid, sehingga akan memberikan keleluasaan sesuai kesepakatan
bersama. Guru akan menuntun murid untuk lebih memiliki kapasitas dirinya berdasarkan
proses yang dilaluinya sehingga dapat menimbulkan tanggungjawab pribadi
terhadap suara, pilihan dan kepemilikan yang telah mereka sepakati terhadap
capaian kompetensi yang menjadi target untuk dikuasai.
Kepemimpinan
murid merupakan konteks spesifik pada diri murid yang dapat didorong untuk
terus berkembang lebih dalam, ada kepemilikan terhadap proses pendidikan dan
pembelajaran yang akan menimbulkan sikap tanggung jawab atas pembelajaran yang
telah dipilih sendiri, murid memiliki suara sesuai dengan kesiapan dirinya terhadap
apa yang akan mereka pelajari, bagaimana mereka akan belajar sesuai dengan profil
belajarnya, mengorganisir pembelajaran, dan akhirnya murid dapat menentukan
arah cara pencapaian kompetensi pembelajaran sendiri tentu sesuai dengan
indikator capaian kompetensi berdasar kompetensi dasar yang dipelajari.
Kepemimpinan
murid pada akhirnya adalah sebuah upaya sadar dan akademis yang wajib dilakukan
oleh guru sekaligus pendidik dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dengan
menyediakan kesempatan murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang
kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pelajar pancasila yang tidak hanya
menjadi pribadi yang merdeka, namun juga menjadi pribadi yang memerdekakan
bangsanya. Artinya, proses pembelajaran diruang-ruang kelas ditangan para
pendidik, mereka, siswa, dituntun agar memiliki tanggung jawab atas
pembelajaran mereka sendiri, guru memberi kesempatan murid memiliki suara
terhadap apa yang akan mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan
mengorganisir pembelajaran, dan akhirnya murid dapat menentukan arah cara
pencapaian kompetensi pembelajaran sendiri tentu sesuai dengan indikator
capaian kompetensi berdasar kompetensi dasar yang dipelajari. Dengan konteks
ini, guru menuntun anak agar kreatif, berpikir kritis, mandiri, mampu bergotong
royong, berkebinasaan global, dan beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia
terealisasi dalam ekosistem satuan pendidikan.
Sudah
saatnya, institusi pendidikan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka memprioritaskan
kepemimpinan murid dalam pengambilan kebijakan dan keputusan sehingga suara
murid, pilihan murid dan kepemilikan murid terhadap program-program sekolah
akan menumbuhkan minat yang lebih dalam, sesuai dengan minat murid, profil
murid sehingga akan menimbulkan rasa tanggungjawab yang tinggi pada diri murid
atas suara, pilihan dan kepemilikannya. Â
Penulis:Â
Dian Ariyanto,S.T., M.Pd
SMPN
1 Karangsambung
Guru
Penggerak Angkatan 6